KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan hidayahNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Bahasa Arab. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya.
Makalah ini
tidak akan selesai pada waktunya tanpa dukungan dari semua pihak. Maka dari
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab
yang selalu membimbing penulis dalam pembuatan makalah.
Tiada gading
yang tak retak, begitu peribahasa mengatakan. Begitu pun makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, banyak sekali terdapat kesalahan baik itu dari
segi sistematika penulisan, diksi, dan dari segi yang lainnya. Maka dari itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Terima
kasih atas perhatiannya.
Sukabumi,
November 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar.....................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah..................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jumlah Ismiyah...................................................... 2
B. Kaidah-kaidah
yang berkaitan dengan Jumlah Ismiyah................... 5
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jumlah ismiyah merupakan susunan kalimat yang diawali dengan ism
(kata benda). Sedangkan Jumlah fi’liyah merupakan susunan
kalimat yang diawali dengan fi’il (kata kerja). Inilah yang
membedakan Jumlah ismiyah dan Jumlah fi’liyah.
Biasanya rangkaian kata yang sempurna itu terdiri atas
paling sedikitnya dua kata atau lebih. Berikut adalah contoh kalimat yang
terdiri atas dua kata saja
· Taman itu indah الحديقة جميلة
· Masjid itu luas المسجد واسع
· Hujan turun نزل المطر
Kalau kita perhatikan contoh-contoh di atas pada kalimat (al
hadiqah jamilah) taman itu indah terdiri dua suku kata. Membaca atau
mendengar kalimat tersebut semua oarng pasti paham karena ungkapan ini
mengandung pikiran yang lengkap. dan karena itu di sebut kalimat sempurna.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
adapun rumusan masalah makalah ini, diantaranya:
1.
Apa pengertian Jumlah Ismiyah?
2.
Apa saja kaidah-kaidah yang terkait dengan Jumlah
Ismiyah?
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah, adapun tujuan pembuatan makalah ini yakni:
1.
Untuk mengetahui pengertian
Jumlah Ismiyah
2.
Untuk mengetahui
kaidah-kaidah yang terkait dengan Jumlah Ismiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jumlah Ismiyah
الجملة الإسمية هي : كلّ جملة تتركّب من مبتـدإ وخبر تسمّى جملة إسميّة
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’ dan
khobar.
Contoh: (masjid
itu besar المسجد كبير )
Dari contoh di atas lafaz al
masjidu adalah mubtada’, dan lafaz kabiirun adalah khobar.
Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal jumlah yang di
baca rofa’.
Khobar adalah isim yang berfungsi
untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna atau dalam bahasa
arab dikenal dengan al jumlah al mufidah.
Jumlah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan susunan
kalimat yang terdiri dari dua kata. Sebelum kita membahas jumlah ismiyah lebih
jauh ada baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian al ismu atau al ismyah.
Al ismu adalah lafaz dalam bahasa
arab yang menunjukkan makna suatu benda.
Contoh: Muhammad, qolamun
(pulpen), kirdun (kera).
Di dalam al ismu terdapat
tanda-tanda. Di antaranya adalah
a. Menerima
AL (ال)
Contoh: Al baitu (البيت) , Al sabuurotu السبورة
b. Menerima tanwin
Contoh: kitabun كتاب
c. Bisa
di dahului oleh huruf jar.
Huruf jar yaitu fiفى , ilaالى ,
minمن , ‘anعن ,
‘alaعلى , alkafuالكاف ,
albauالباء .
Contoh: fil masjidiفى المسجد , ila baitinالى بيت ,
min fashlin من فصل .
Jumlah Ismiyah adalah kalimat yang awalnya
berupa isim (kata benda), seperti : isim ‘alam (kata yang menunjukan nama
orang) contoh :
فاطمة طالبة جميلة (Fatimah adalah siswi yang cantik)
Isim itu sendiri (maksudnya kata benda seperti
batu, pulpen, dll) contoh :
الكتاب في الحقيبة (buku itu ada di dalam tas)
Isim yang dibentuk dari fi’ilnya, contoh :
القراءة جيدة
القراءة dibentuk dari fi’ilnya yaitu قرأ
Isim dhomir (kata ganti), contoh :
هي مدرسة ناجحة (ia adalah seorang guru yang sukses)
Isim isyaroh (kata tunjuk), contoh :
هذا مسجد كبير (ini adalah masjid yang besar)
Dalam jumlah ismiyah hanya ada satu bentuk susunan yang apabila
kita rumuskan adalah seperti ini :
المبتدأ (S) + الخبر (P)
Mubtada’ dalam bahasa Indonesia disebut subjek, sedangkan khobar
sebagai predikatnya. Jadi pada dasarnya setiap bahasa mempunyai kesamaan, yaitu
minimal kalimat bisa terbentuk itu apabila terdiri dari subjek dan predikat.
Untuk lebih jelasnya mari kita uraikan contoh-contoh yang sudah
disebutkan diatas :
الخبر
|
المبتدأ
|
طالبة
جميلة
|
فاطمة
|
في الحقيبة
|
الكتاب
|
جيدة
|
القراءة
|
مدرسة ناجحة
|
هي
|
مسجد كبير
|
هذا
|
Tiap unsur punya kriteria sendiri.
Seperti kriteria mubtada (S);
1. Dia harus dibaca rofa’
2. Berupa isim ma’rifat ( boleh nakiroh tp ada persyaratannya)
Sedangkan khobar (P) ;
1. Dibaca rofa’ juga
2. Harus nakiroh
3. Bila berupa fi’il, harus ada dhomir yang merujuk ke mubtada’
4. Khobar harus sama dengan mubtada’nya dalam hal mudzakar/muannats,
mufrod/tasniyah/jamak
Contoh :
Ahmad membaca buku di kelas
S P
O
K
(Subjek = Mubtada’ , Predikat = Khobar)
أحمد يقرأ الكتاب في الفصل
Ahmad kedudukannya sebagai mubtada’ (S) dan khobarnya berupa
fi’il mudhore’ yaitu يقرأ.
Karena khobarnya berupa fi’il maka fi’il itu harus memiliki dhomir yang
kembali/ rujuk ke mubtada’ yaitu ahmad, Dhomirnya yaitu huwa (هو), karena ahmad adalah laki-laki. Maka perlu ada kata ganti yang
merujuk ke dia. Maka dipilihlah huwa (هو)
, tidak boleh hiya (هي)
atau dhomir yang lainnya. Kemudian الكتاب sebagai
objek (المفعول به) , adanya objek karena fi’ilnya berupa
fi’il muta’adiy(kata kerja transitif). Dan kata yang terakhir adalah keterangan
tempat (dzaraf makan).
B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Jumlah Ismiyah
Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang
pembahasannya sangat panjang dan mendetail.
1.
Dibaca Rofa
Tanda Rofa’
pada Isim adalah dhommah, wawu dan alif
Contoh: البَيْتُ صَغِيْرٌ (rumah
itu kecil), al muslimuuna mahiiruuna المُسْلِمُوْنَ
مَهِيْرُوْنَ ( orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani
‘alimaani الطَالِبَانِ عَاِلمَانِ ( dua murid itu pintar).
2.
Mubtada’ harus
berupa Isim Ma’rifat.
Ma’rifat adalah Isim yang
sudah jelas maknanya. Isim ma’rifat bisa berupa:
a.
Isim alam (nama
sesuatu)
Contoh:
ahmadun اَحْمَدٌ(
nama orang), Indonesia اِنْدُوْنِيْسِيَا (
nama Negara), baitunبَيْتٌ (
nama tempat)
b.
Isim dhomiir
Isim dhomiir
yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil yaitu:
·
هو (dia
Laki-laki 1),
·
هما ( dia laki-laki 2),
·
هم ( mereka laki-laki banyak),
·
هي (
dia perempuan 1)
·
هما (
dia perempauan 2),
·
هنّ ( mereka pr),
·
انت ( kamu laki-laki 1),
·
انتما (
kamu laki-laki 2),
·
انتم (kalian laki-laki),
·
انت (kamu 1 perempuan),
·
انتما (kamu 2 perempuan),
·
انتنّ (
kalian perempuan),
·
انا (saya), dan نحن (
kami / kita).
Contoh: هُوَ طَوِيْلٌ (
dialaki-laki 1 tinggi), اَنْتَ مُدَرِسٌ ( kamu
laki-laki 1 guru)
c.
Isim yang
kemasukan al
Contoh: الفصل جميل ( kelas itu indah)
3.
Khobar berupa isim
nakiroh
Isim
nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih
umum.Tanda isim nakiroh adalah adanya tanwin.
Contoh:
) البِلَاطَ نَظِيْفٌ lantai
itu bersih)
4.
Mubtada dan Khobar
Mubtada’ dan
khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan mudzakar serta mufrod, mutsanna
dan jama’nya.
Contoh:
فَاطِمَةُ جَمِيْلَةٌ (fathimah
itu cantik) زَيْدٌ جَمِيْلٌ ( zaid itu ganteng)الكرة صغيرة ( bola itu kecil ) التلميذان ماهران (murid dua itu pintar) الطالبون ضاحكون ( murid-murid itu adalah orang-orang
tertawa).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’ dan
khobar.
Contoh: (masjid
itu besar المسجد كببر )
Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal jumlah yang di baca
rofa’.
Khobar adalah
isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang
sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al mufidah.
2. Kaidah-kaidah yang terkait dengan jumlah
ismiyah antara lain:
a.
Dibaca rofa’
b.
Mubtada’ berupa isim
ma’rifat
c.
Khobar berupa isim nakiroh
d.
Mubtada’ dan khobar harus
bersesuaian dalam hal muanas dan mudzakar serta mufrod,mustanna dan jama’nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Jarim, Ali dan Mustofa Amin.2005. علم النحو. Gontor Press: Ponorogo.
Syaikh Mushtafa
Al-Ghulayaini. 1992. Jaamiud Duruusil ‘Arabbiyah Cet 1. Cv. Asy Syifa’:Jakarta
Tholib, Moh. 2002. Tata
Bahasa Arab. Al-Ma’rif: Bandung.