Rabu, 18 Januari 2017

KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Bahasa Arab. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya.
Makalah ini tidak akan selesai pada waktunya tanpa dukungan dari semua pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama  kepada Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab yang selalu membimbing penulis dalam pembuatan makalah.
Tiada gading yang tak retak, begitu peribahasa mengatakan. Begitu pun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, banyak sekali terdapat kesalahan baik itu dari segi sistematika penulisan, diksi, dan dari segi yang lainnya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Terima kasih atas perhatiannya.


Sukabumi, November  2016

Penulis
                                                                                                                                                           




DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C.  Tujuan Masalah..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN            
A. Pengertian Jumlah Ismiyah...................................................... 2
B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Jumlah Ismiyah................... 5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8



                                                                                                                           
 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jumlah ismiyah merupakan susunan kalimat yang diawali dengan ism (kata benda). Sedangkan Jumlah fi’liyah merupakan susunan kalimat yang diawali dengan fi’il (kata kerja). Inilah yang membedakan Jumlah ismiyah dan Jumlah fi’liyah.
Biasanya rangkaian kata yang sempurna itu terdiri atas paling sedikitnya dua kata atau lebih. Berikut adalah contoh kalimat yang terdiri atas dua kata saja
·           Taman itu indah  الحديقة جميلة
·           Masjid itu luas     المسجد واسع
·           Hujan turun نزل المطر
Kalau kita perhatikan contoh-contoh di atas pada kalimat (al hadiqah jamilah) taman itu indah terdiri dua suku kata. Membaca atau mendengar kalimat tersebut semua oarng pasti paham karena ungkapan ini mengandung pikiran yang lengkap. dan karena itu di sebut kalimat sempurna.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah makalah ini, diantaranya:
1.      Apa pengertian Jumlah Ismiyah?
2.      Apa saja kaidah-kaidah yang terkait dengan Jumlah Ismiyah?

C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan pembuatan makalah ini yakni:
1.      Untuk mengetahui pengertian Jumlah Ismiyah
2.      Untuk mengetahui kaidah-kaidah yang terkait dengan Jumlah Ismiyah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jumlah Ismiyah
الجملة الإسمية هي :    كلّ جملة تتركّب من مبتـدإ وخبر تسمّى جملة إسميّة
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Contoh:   (masjid itu besar المسجد كبير )
Dari contoh di atas lafaz al masjidu adalah mubtada’, dan lafaz kabiirun adalah khobar.
Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal jumlah yang di baca rofa’.
Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al mufidah.
Jumlah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan susunan kalimat yang terdiri dari dua kata. Sebelum kita membahas jumlah ismiyah lebih jauh ada baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian al ismu atau al ismyah.
Al ismu adalah lafaz dalam bahasa arab yang menunjukkan makna suatu benda.
Contoh:  Muhammad, qolamun (pulpen), kirdun  (kera).
Di dalam al ismu terdapat tanda-tanda. Di antaranya adalah
a.       Menerima AL (ال)
Contoh: Al baitu (البيت) , Al sabuurotu  السبورة
b.      Menerima tanwin
Contoh: kitabun   كتاب
c.       Bisa di dahului oleh huruf jar.
Huruf  jar yaitu fiفى , ilaالى , minمن , ‘anعن , ‘alaعلى , alkafuالكاف , albauالباء .
Contoh: fil masjidiفى المسجد , ila baitinالى بيت , min fashlin من فصل .

Jumlah Ismiyah adalah kalimat yang awalnya berupa isim (kata benda), seperti : isim ‘alam (kata yang menunjukan nama orang) contoh :
فاطمة طالبة جميلة (Fatimah adalah siswi yang cantik)
Isim itu sendiri (maksudnya kata benda seperti batu, pulpen, dll) contoh :
الكتاب في الحقيبة (buku itu ada di dalam tas)

Isim yang dibentuk dari fi’ilnya, contoh :
القراءة جيدة
القراءة dibentuk dari fi’ilnya yaitu قرأ

Isim dhomir (kata ganti), contoh :
هي مدرسة ناجحة (ia adalah seorang guru yang sukses) 

Isim isyaroh (kata tunjuk), contoh :
هذا مسجد كبير (ini adalah masjid yang besar)

Dalam jumlah ismiyah hanya ada satu bentuk susunan yang apabila kita rumuskan adalah seperti ini :
المبتدأ (S) + الخبر (P)
Mubtada’ dalam bahasa Indonesia disebut subjek, sedangkan khobar sebagai predikatnya. Jadi pada dasarnya setiap bahasa mempunyai kesamaan, yaitu minimal kalimat bisa terbentuk itu apabila terdiri dari subjek dan predikat.
Untuk lebih jelasnya mari kita uraikan contoh-contoh yang sudah disebutkan diatas :
الخبر
المبتدأ
طالبة جميلة
فاطمة
في الحقيبة
الكتاب
جيدة
القراءة
مدرسة ناجحة
هي
مسجد كبير
هذا



Tiap unsur punya kriteria sendiri.
Seperti kriteria mubtada (S);
1.      Dia harus dibaca rofa’
2.      Berupa isim ma’rifat ( boleh nakiroh tp ada persyaratannya)
Sedangkan khobar (P) ;
1.      Dibaca rofa’ juga
2.      Harus nakiroh
3.      Bila berupa fi’il, harus ada dhomir yang merujuk ke mubtada’
4.      Khobar harus sama dengan mubtada’nya dalam hal mudzakar/muannats, mufrod/tasniyah/jamak
Contoh :
Ahmad membaca buku di kelas
     S          P           O       K
(Subjek = Mubtada’ , Predikat = Khobar)
أحمد يقرأ الكتاب في الفصل
Ahmad kedudukannya sebagai mubtada’ (S) dan khobarnya berupa fi’il mudhore’ yaitu يقرأ. Karena khobarnya berupa fi’il maka fi’il itu harus memiliki dhomir yang kembali/ rujuk ke mubtada’ yaitu ahmad, Dhomirnya yaitu huwa (هو), karena ahmad adalah laki-laki. Maka perlu ada kata ganti yang merujuk ke dia. Maka dipilihlah huwa (هو) , tidak boleh hiya (هي) atau dhomir yang lainnya. Kemudian الكتاب sebagai objek (المفعول به) , adanya objek karena fi’ilnya berupa fi’il muta’adiy(kata kerja transitif). Dan kata yang terakhir adalah keterangan tempat (dzaraf makan).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2U6CU6h2Z7my8yp55zwQaqPa9BEHwHOf-zFBCSiBMZvDddcU3WJR2BqypvXFNOwch7pzEn3-xHZh8NGpNkhGKyFQ6s0PW7lswcpOSBzlyGrzKJ45-8a53bI7iPh11KGEeTlJZ06XcvXtD/s400/Untitled.jpgSkema pembagian kalimat :






B.     Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Jumlah Ismiyah
Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan mendetail.
1.      Dibaca Rofa
Tanda Rofa’ pada Isim adalah dhommah, wawu dan  alif
Contoh: البَيْتُ صَغِيْرٌ (rumah itu kecil), al muslimuuna mahiiruuna المُسْلِمُوْنَ مَهِيْرُوْنَ ( orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani ‘alimaani الطَالِبَانِ عَاِلمَانِ   ( dua murid itu pintar).
2.      Mubtada’ harus berupa  Isim Ma’rifat.
Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim ma’rifat bisa berupa:
a.       Isim alam (nama sesuatu)
Contoh:  ahmadun  اَحْمَدٌ( nama orang), Indonesia اِنْدُوْنِيْسِيَا  ( nama Negara), baitunبَيْتٌ ( nama tempat)
b.      Isim dhomiir
Isim dhomiir yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil yaitu:
·         هو (dia Laki-laki 1), 
·          هما ( dia laki-laki 2),
·          هم ( mereka laki-laki banyak), 
·         هي  ( dia perempuan 1)
·         هما  ( dia perempauan 2),
·           هنّ ( mereka pr), 
·           انت  ( kamu laki-laki 1), 
·         انتما  ( kamu laki-laki 2), 
·           انتم (kalian laki-laki), 
·            انت (kamu 1 perempuan), 
·           انتما (kamu 2 perempuan),
·         انتنّ ( kalian perempuan), 
·            انا (saya), dan  نحن  ( kami / kita).
Contoh:  هُوَ طَوِيْلٌ ( dialaki-laki 1 tinggi),  اَنْتَ مُدَرِسٌ ( kamu laki-laki 1 guru)
c.       Isim yang kemasukan al
Contoh:    الفصل جميل ( kelas itu indah)
3.      Khobar berupa isim nakiroh
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum.Tanda isim nakiroh adalah adanya tanwin.
Contoh:
) البِلَاطَ نَظِيْفٌ lantai itu bersih)
4.      Mubtada dan Khobar
Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan mudzakar serta mufrod, mutsanna dan jama’nya.
Contoh:
 فَاطِمَةُ جَمِيْلَةٌ  (fathimah itu cantik) زَيْدٌ جَمِيْلٌ ( zaid itu ganteng)الكرة صغيرة   ( bola itu kecil ) التلميذان ماهران  (murid dua itu pintar) الطالبون ضاحكون ( murid-murid itu adalah orang-orang tertawa). 



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Contoh:   (masjid itu besar المسجد كببر )
Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal jumlah yang di baca rofa’.
Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al mufidah.
2.    Kaidah-kaidah yang terkait dengan jumlah ismiyah antara lain:
a.       Dibaca rofa’
b.      Mubtada’ berupa isim ma’rifat
c.       Khobar berupa isim nakiroh
d.      Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muanas dan mudzakar serta mufrod,mustanna dan jama’nya.



DAFTAR PUSTAKA

Jarim, Ali dan Mustofa Amin.2005. علم النحو. Gontor Press: Ponorogo.
Syaikh Mushtafa Al-Ghulayaini. 1992. Jaamiud Duruusil ‘Arabbiyah Cet 1. Cv. Asy Syifa’:Jakarta

Tholib, Moh. 2002. Tata Bahasa Arab. Al-Ma’rif: Bandung.